Dari Ustadz Felix Siauw
Tentu ada alasan bagi saya dulu meninggalkan agama saya yang lama, dan alasan itu sampai sekarang masih sama, kurangnya bukti yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah
Juga tentu ada alasannya, mengapa saya yang awalnya membenci Islam, lalu memeluk Islam. Yaitu, sebab akal saya tak bisa menafikkan kebenaran Islam,bukti-buktinya terlalu kuat lagi banyak
Buktinya adalah Al-Qur'an, Surat 2:23 menghentak rasio saya, melumpuhkannya, dan menundukkannya, argumennya telak, tak satupun manusia (atau jin) yang mampu menyerupai Al-Qur'an
Maka bagi kita, Al-Qur'an adalah bukti kenabian Muhammad saw, juga bukti kebenaran Islam, Al-Qur'an adalah mukjizat, informasi di dalamnya sangat rapi, ranggi, dan sistematis, gramatika sempurna
Istimewanya ummat Islam, tidak seperti para Nabi lainnya, yang diangkat mukjizatnya saat mereka diangkat atau wafat, Al-Qur'an tetap diperkenankan ada di dunia, sebagai bukti dan petunjuk
Maka Al-Qur'an bagi kaum Muslim bukan hanya bacaan, tapi petunjuk kehidupan. Bersama As-Sunnah, keduanya jadi pilar utama agama Islam, sumber utama dari semua bangunan Islam.
Akhlak, karakter, sifat, dan sikap seorang Muslim, pasti berasal dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, menyesuaikan diri dengan keduanya adalah kejayaan, dan menyelisihi keduanya artinya sengsara
Sebab berpegang teguh pada keduanya inilah, kita memperoleh jaminan lepas dari kesesatan dari Rasulullah, dan juga ketinggian derajat di dunia, memimpin dunia dengan cahaya Islam
Dan inilah yang terjadi di masa Rasulullah, para sahabatnya, dan para khalifah yang melanjutkan kepemimpinan kaum Muslim, tak henti-hentinya Al-Qur'an memuliakan dan memberi kemenangan
Dan kita tahu, mengapa kaum yang tak senang dengan Islam, mereka senantiasa ingin menghancurkan kaum Muslim dari dasarnya, jauhkan mereka dari Al-Qur'an dan As-Sunnah
*Bagaimana Al-Qur'an Dijauhkan Dari Muslim?*
Karena itulah studi orientialisme dimulai, mereka mencari cara, bagaimana menjauhkan kaum Muslim dari Al-Qur'an, itu satu-satunya cara, sebab mereka tak mungkin bisa mengubah Al-Qur'an
Dari situlah mereka menemukan cara, dikenal dengan nama "subjektivisme", atau "relativisme", bahasa gaulnya "tergantung", atau "tidak ada yang mutlak, semuanya nisbi"
Para orientalis berusaha mempengaruhi kaum Muslim, bahwa Al-Qur'an tidak pernah salah, tapi yang salah adalah penafsirannya, mereka ingin menggiring kaum Muslim ikut tafsiran mereka
Mereka berkata "Al-Qur'an itu kalam Allah, karenanya hanya Allah yang mengerti tafsirnya, adapun manusia hanya bisa menduga, dan dugaan itu bisa jadi salah, manusia tak berhak menafsirkan"
Mereka juga berkata "Al-Qur'an itu dulu ditafsirkan berdasarkan konteks politik di zaman itu, sehingga tidak relevan di zaman sekarang, harus ditafsirkan ulang, sesuai kondisi yang ada"
Yang mereka inginkan sebenarnya adalah, kaum Muslim melepaskan diri dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta menjauh dari ulama dan mufasir, dan memasukkan tafsiran mereka sendiri
Memang aneh, orang yang tak mengimani bahkan mengingkari Al-Qur'an, tapi mengajari kaum Muslim bagaimana menyikapi Al-Qur'an. Lebih aneh lagi, ada Muslim yang mengikutinya
Jadi pandangan seperti itu bukan pandangan Islam, melainkan dari orientalis sejak dulu, yang memang ingin menghancurkan Islam, perang pemikiran setelah kalah terus-menerus dalam perang fisik
*Para Penafsir Al-Qur'an Yang Terpercaya*
Sedangkan dalam pandangan Islam sendiri, Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah petunjuk kehidupan, tuntunan mendetil tentang bagaimana selamat di dunia dan bahagia di akhirat kelak
Tentu sangat aneh, apabila Allah menurunkan Al-Qur'an untuk jadi petunjuk bagi manusia, namun manusia tidak bisa menafsirkan atau mengerti maksud Allah di dalam Al-Qur'an itu, sangat aneh
Artinya, semua yang ada di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah tentu bermanfaat bagi manusia, tuntunan hidup di dunia, perintah dan larangan Allah bagi manusia, yang kelak akan dihisab-Nya
Al-Qur'an sebagai kerangka tentu tidak berdiri sendiri, ada Rasulullah yang menjelaskan tatacara praktis penerapan Al-Qur'an, mengkhususkan yang umum, membatasi yang mutlak dan lainnya
Maka tentu penerapan Al-Qur'an yang paling shahih, adalah perilaku Rasulullah saw, maka wajar saat menceritakan suaminya, Aisyah berucap "bahwa akhlaknya (Muhamamad) ialah Al-Qur'an
Dan siapakah yang paling tahu tentang perilaku Rasulullah saw? Tentu saja para sahabatnya, yang sehari-hari bersamanya, paling memahami dirinya, dan yang Allah ridha pada mereka semua
Maka kita kenal mufasir sekelas Ibnu Abbas, yang walau muda, namun memahami surah An-Nashr lebih dari sahabat yang lain, sebab beliau lama menemani Rasul, dan didoakan Rasulullah
Para sahabat awal inilah yang kelak akan mewariskan semua yang mereka pahami, kepada pengikut mereka (tabi'in) yang selanjutkya akan mewariskan lagi pada pengikut dibawahnya (tabiut tabi'in)
Inilah yang disebutkan dalam hadits, "Sebaik-baik maunusia adalah generasiku, kemudian mereka yang mengiringinya, lalu mereka yang mengiringinya" (HR Bukhari)
Begitu terus menerus generasi penjaga Islam itu berlanjut, murid belajar pada gurunya, hingga pemahamannya berlanjut pada Rasulullah saw, yang paling memahami Al-Qur'an
Dewasa ini kita kenal kitab-kitab tafsir yang tak perlu diragukan lagi, bahwasanya ia yang paling dekat maknanya dengan apa yang disampaikan Rasulullah saw, sesuai maksud Allah Swt
*Pilih Tafsir Ulama Atau Tafsir Pengkhianat?*
Disitu kita bisa memilih kitab tafsir yang mana yang kita inginkan, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalayn, Tafsir Thabari, atau yang lain yang sama kualitasnya, yang runut sanadnya hingga Rasulullah saw
Artinya? Klaim bahwa Al-Qur'an itu tidak bisa dan tidak boleh ditafsirkan manusia, bahwa hanya Allah yang tahu maksud ayat-ayat Al-Qur'an, tentu pemahaman yang salah, dan tidak berdasar ilmu
Misalnya surah Al-Maaidah 51, semua ulama bersepakat arti auliya' disitu adalah pemimpin, tidak ada multitafsir bahwa kaum Muslim haram hukumnya dipimpin oleh orang kafir, sangat jelas
Apalagi yang teriak-teriak "Al-Qur'an tidak bisa dtafsirkan manusia" itu lantas ujung-ujungnya menafsirkan Al-Maaidah sekehendaknya "ayat Al-Maaidah tidak ada kaitannya dengan politik!", Nah lo
Katanya ulama tidak boleh dan tidak bisa menafsirkan Al-Qur'an, lho kok malah yang bukan siapa-siapa seperti dia boleh mengartikan Al-Qur'an? Sangat-sangat tidak logis dan pernyataan yang labil
Mudah-mudahan tulisan ini bisa mencerahkan, membuat kita semakin yakin, bahwa pengkhianat selalu ada di setiap perjuangan, hanya berganti bentuk, namun akan berakhir sama-sama hina
Post a Comment